Mereka
dapat melatih beberapa ketrampilan dari mulai: mengambil koin, main bola
basket, dead trick, fly to me (FTM), sampai free flight (FF).
Sebagai
burung yang mempunyai banyak variant
warna, merekapun mulai mereka diburu oleh para kolektor untuk dikembangkan atau
sebagai burung beauty contest.
Jadi kita
tidak perlu kuatir lagi bila ingin mengembangkan sebagai usaha ternak skala
rumahan. Burung ini tidak perlu perawatan khusus, biaya pakan murah dan mudah
didapat, tidak perlu tempat luas, dan dapat dilakukan oleh seorang ibu rumah
tangga sekalipun.
Semakin
maraknya lomba lovebird baik suara maupun beauty contest saat ini, ikut pula
mendongkrak peminat lovebird termasuk jenis non klep. Sesuai dengan hukum pasar
yang berlaku, semakin banyak permintaan semakin membuat harga meningkat.
Peminat burung jinakpun mulai menggemari lovebird non klep sebagai bahan burung
jinak dan terlatih. Mereka rata-rata membeli lovebird berumur 1-4 minggu untuk
dijadikan lovebird jinak, dan ini membuat banyak permintaan lovebird berumur
kurang dari sebulan. Untuk harga piyikan saat ini berkisar Rp.250.000/ekor.
Untuk
saat lovebird tuorquise opaline atau fallow banyak diminati oleh penggemar
lovebird non klep. Kedua jenis ini masih belum banyak peternak di Indonesia dan
masih terbuka peluang bisnis kedepannya sebagai lovebird pavorit. Untuk jenis
tourquise opaline dibandrol harga Rp.1,500.000, sampai Rp. 2.000.000,-/ekor,
sedangkan untuk fallow sendiri mencapai harga
Rp. 5.000.000,-/ekor.
Sungguh
harga yang pantastis untuk seekor lovebird non klep. Sedangkan untuk
jenis-jenis yang lain berkisar dari Rp. 300.000,- sampai Rp. 1.500.000,-/ekor. Sebagai
peluang bisnis cukup menjanjikan untuk memelihara lovebird non klep.
No comments:
Post a Comment